Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 02 Juni 2016

Mengakomodir bakat anak-anak kita

Secara nggak sengaja nemu gambar ini di tumpukan buku-buku pelajaran Si Sulung. Ini hanyalah imaginasi kanak-kanak yang kebanyakan membaca buku-buku princess kemudian menuangkannya ke dalam sketsa. 

Seiring bertambahnya umur, kehidupan seorang putri raja tidak lagi menarik minat anak-anak gadis kita. Mereka berhasil lebih "membumi". Maka muncullah desain baju-baju yang praktis dipakai sehari-hari.

Ada baju berupa rok mini, dalaman celana panjang dengan kemeja formal, atau celana panjang + kemeja motif bunga berkrah china, kadang kalau lagi "mbeneh" dia membuat gambar gamis sederhana.

Suatu saat dia membuat desain kemeja sederhana berbahan kaos/spandex dan mendesak mamanya untuk menjahitkannya. Kebetulan si Eying membuat desain itu di rumah tantenya yang juga penjahit. Akhirnya demi menghentikan rengekannya, Si Tante meluluskan permintaannya.

Jadilah baju atasan muslim semi formal seperti yang dia pakai di foto. Pola pikir anak-anak kadang sangat out of the box. Alih-alih kombinasi kain bermotif dan polos warna senada, dia berani menabrak-nabrakkan warna. Untunglah tetap manis dan matching.

Bangganya luar biasa ketika melihat baju itu jadi (termasuk baju adiknya juga). Yang semula niatnya cuman biar dia berhenti merengek dan mamanya capek berdebat sekarang jadi merasa bersalah.

Ini mengingatkan masa kecilku dulu ketika melalui proses yang sama, membayangkan kehidupan seorang putri, menggambar baju-baju pesta berbagai model. Hanya saja waktu itu belum ada krayon, pensil warna masih menjadi barang mewah, begitu juga buku gambar yang sekarang berharga 2000 perak di toko tetangga.


Jadi alih-alih menggambar rancangan baju untuk diwarnai seperti ini, desain baju putri kugambar di bawah pohon jambu, di halaman berpasir rumah tetangga.

Jangan tanya bagaimana mewujudkan imajinasi kanak-kanak di masa itu. Atau sebentar-sebentar membeli kain buat eksperimen (meskipun kain kiloan :D ). Karena pada jaman dahulu, jatah baju untuk seorang anak adalah setahun sekali, itupun cuma sebiji, yaitu ketika hari raya.

Jadi barangkali anak-anak anda tidak begitu cemerlang nilai sekolahnya, tak perlu kuatir. Kecuali anda sangat ingin anak anda jadi ilmuwan peraih nobel (padahal anaknya belum tentu mau) nilai sekolah sebenarnya tak akan menjamin kesuksesan mereka kelak.

Apalagi ketika kita mengukur kesuksesan tidak hanya sekedar seberapa megah rumah yang ia tinggali, atau seberapa banyak mobil yang parkir di garasi, tapi bagaimana kehidupan rumah tangganya, perilaku anak-anaknya, serta kehidupan sosial kemasyarakatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About