Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 28 Juni 2016

Memblokir situs dengan K9 Web Protection

Sebagai orang tua, saya merasakan sendiri betapa susahnya mendidik anak di era digital ini. Mengisolasi mereka dari dunia maya tentu bukan pilihan yang tepat, karena cepat atau lambat pasti mereka akan mengenal internet. Membiarkan mereka berinternet ria tanpa pengawasan juga bukan solusi yang tepat, karena itu sama saja menjerumuskan anak-anak kita.
Untunglah, apabila kita mau sedikit repot, ada beberapa program web/content filtering yang bisa kita aplikasikan untuk meringankan tugas kita dalam menjaga aktifitas anak-anak kita di dunia maya.

Menonaktifkan private browsing di browser kita

Private browsing/incognito adalah fasilitas yang bisa kita temui di browser masa kini. Pada mode ini, semua aktivitas kita di internet tidak akan terlacak. Tidak ada history, cache, cookies yang disimpan.
Yah...., mode ini seperti pisau bermata dua. Di satu sisi ada momen-momen ketika kita tidak ingin aktivitas di dunia maya terlacak (misalkan ketika kita ber-online banking) tetapi (dari sudut pandang sebagai orang tua) kita tentunya tidak terlalu menyukai anak-anak kita berinternet ria menggunakan mode ini kan??
Berikut ini cara menonaktifkan private browsing pada beberapa browser:

Kabar gembira!!! Sensor Internet dengan IPA (Integrated Porn Autocensor)

Alhamdulillah, satu lagi senjata buat kita para orang tua untuk membentengi anak-anak kita saat berselancar di rimba belantara internet.
Lebih hebat lagi, senjata baru ini adalah hasil karya putra-putri Indonesia. Mereka adalah Ilhan Satyabudi, Yuandri Trisaputra dan Gusti Bimo Marlawanto dari Departemen Ilmu Komputer IPB bekerjasama dengan Ristek Dikti.
Cek web mereka di ayosensor.in

Minggu, 26 Juni 2016

Pendidikan Seksual Dasar Buat Anak-Anak Balita Kita

Kali ini saya ingin membahas buku. Buku yang sebenarnya bisa dikatakan mendesak untuk dibeli pada saat ini, mengingat banyaknya kasus kekerasan seksual yang menimpa anak-anak kita. Dan jika tak ada tindak lanjut signifikan dari banyak pihak, bisa dipastikan akan terus terjadi di masa yang akan datang. 

Baiklah, masak kita harus duduk manis berdiam diri menunggu pemerintah membasmi kejahatan seksual di negara kita, tanpa menyiapkan apa-apa? Dan ketika hal yang sama menimpa orang-orang terdekat kita (naudubillahi min dzalik - semoga saja kita terhindar dari hal-hal seperti itu), akankah menyalahkan ketidakbecusan pemerintah akan membawa dampak? Kenapa kita tidak mengambil langkah antisipasi sendiri? Nah, untuk para Ayah dan Bunda, buku seri Aku Anak Berani ini akan sangat membantu menjelaskan hal-hal seperti di atas kepada anak-anak kita yang masih balita. Mari kita bahas satu-satu.

Jumat, 24 Juni 2016

Pantai Kenjeran Sekarang Berdandan!!!!

Pernah ke Pantai Lama Kenjeran? Saya sih kesana sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, ketika lebaran. Dalam kondisi penuh pengunjung, pantai berwarna kecoklatan dan berbagai jenis sampah bertebaran.  Pemandangan yang sangat bertolak belakang ketika mengunjungi pantai-pantai di pacitan yang airnya berwarna biru jenih, bukit-bukit hijau dan hutan diatasnya terlihat di kejauhan,  dan pasir putih yang nyaman buat  rebahan.

Selasa, 21 Juni 2016

Ketika Internet Menyakiti Anak-Anak Kita, Harus Bagaimana?

Ini pengalaman anak saya, Faiz yang waktu itu baru 5 tahun. Dia sangat suka mewarnai, dan suka minta dicarikan gambar-gambar menarik di internet untuk diprint dan diwarnai sendiri. Terbiasa melihat orang tuanya browsing via google, dia ingin mencoba sendiri. Masalahnya, dia tidak tahu bahwa browsig via google tidak harus menggunakan Bahasa Inggris, karena  dia melihat saya dan suami terbiasa browsing menggunakan bahasa Inggris (HP Pavillion 8440P core i5 specification) misalnya. Jadi waktu itu dia rowsing sendiri dengan kata kunci "firetruck colouring page". Tapi berhubung anak umur 5 tahun belum bisa menulis spellingnya secara tepat, alih-alih dia menulis: "fairtruk coloring page". Salahnya tidak terlalu parah sebenarnya, tapi hasil yang keluar benar-benar di luar dugaan.

Jumat, 17 Juni 2016

Musuh Terbesar Budaya Urban Farming Di Surabaya, Curcol Emak-Emak Yang Hobby Berkebun

Kebahagiaan terbesar seorang petani, dimanapun berada adalah ketika melihat tanamannya tumbuh, berbuah, dan kemudian endingnya siap panen.  Atau kalau anda nggak gaptek-gaptek amat, minimal siap dipamerkan ke seantero Facebook, meski itu hanya berupa sebiji terong atau segenggam cabe yang tumbuh di halaman sendiri. Benar nggak, Bunda?

Kamis, 16 Juni 2016

Mendamaikan Hati Anak-Anak "Indigo"

"Om, itu kenapa ada ikan yang cuman tulang doang? Emangnya bisa hidup?"
"Mana sih Mbak Eying, Om nggak liat?"
"Itu lho..... yang cuman duri-duri!" Si Om terdiam sebentar, terus cari cara untuk ngacir terbirit-birit, "Bentar ya, tak tanyain Om Nur dulu." Dan bukannya mencari "Om Nur" seperti yang dijanjikan, si Om dengan muka pucat menghampiri emak si anak, "Mbak, kae anakmu weruh apa aku ra ngerti. Gek urusana." Hahahahaha

Rabu, 15 Juni 2016

Tahapan-Tahapan Belajar Membaca untuk Anak

Berapa usia ideal mengajari anak membaca? Tidak ada ketentuan pasti seingatku. Ketika aku SD dulu, anak kelas 3 SD belum bisa membaca adalah hal biasa. Tidak ada kepanikan harus dileskan kemana. Sudah bisa bayar SPP saja sudah untung. Anak SD tidak anaik kelas beberapa kali juga tidak masalah. Maksudnya tidak ada orang tua yang mempermasalahkan. Entah karena merasa anaknya "layak" tidak masuk kelas, atau karena pikiran orang tua tercurah buat mencari makan sehari-hari.

Senin, 13 Juni 2016

Membuat Obat Batuk Sendiri Dari Bumbu Dapur Rumah Kita

Awalnya sih coba-coba, gara-gara Pak Boss terserang batuk yang tak kunjung sembuh. Dan berbagai obat diminum tapi si batuk tak juga kunjung reda. Maka kubuatlah ramuan pereda batuk sendiri, hasil dari melihat gambar sampul sebuah obat herbal yang biasa beredar di pasaran, dengan sedikit modifikasi ala emak-emak lagi bokek.

Minggu, 12 Juni 2016

Cinta Ibu Diuji Saat Penerimaan Raport????

Bayangkan saja, setelah seminggu dua minggu begitu tegangnya seorang ibu, (sengaja) lupa masak, lupa nyuci, lupa bersih-bersih rumah, hanya demi mempersiapkan anak-anaknya yang mau ujian. Sang Ibu berburu soal kemana-mana, kesana-kemari mencarikan pinjaman catatan yang kurang lengkap, belum lagi mendrill soal. Kemudian saat penerimaan raport, terbayarkah segala jerih payah itu?

Kamis, 02 Juni 2016

Mengakomodir bakat anak-anak kita

Secara nggak sengaja nemu gambar ini di tumpukan buku-buku pelajaran Si Sulung. Ini hanyalah imaginasi kanak-kanak yang kebanyakan membaca buku-buku princess kemudian menuangkannya ke dalam sketsa. 

Seiring bertambahnya umur, kehidupan seorang putri raja tidak lagi menarik minat anak-anak gadis kita. Mereka berhasil lebih "membumi". Maka muncullah desain baju-baju yang praktis dipakai sehari-hari.

Be carefull of our folklores we tell to our children - Are they goos enough?

Ok, let us see some of them:

1. The Origin of Mount Tangkuban Parahu
Thew story begin when one of the king in Western Java went hunting in the midle of the junggle. It seems that during the hunting the almighty king needed to relief his bladder, and pee at the nearest spot. (Hadn't his parent ever give him toilet training?) A female boar passing by, and drank his urine and she got pregnant. When the boar delivered her baby - a completely human baby girl precisely, the king took her, bought her to the castil and named her Dayang Sumbi.

Menjadi Emak Yang Tidak Kudet

"Mama, kok dadanya mama jedug-jedug?" Tanya Faiz yang saat itu baru berumur 3 tahun.
"Itu bunyi jatunge Mama, Iz?" "Aku juga punya jantung enggak?" "Coba aja dicek," sesaat kemudian, "Una, coba dengerin jantungku jedug-jedug enggak?"
 "Kata Una jantungku juga jedug-jedug. Kenapa semua orang jantungnya jedug-jedug?" Tanyanya sambil matanya berbinar-binar, seolah-olah kita bisa melihat kilatan listrik yang berkerlip di otaknya.
"Itu karena jantung kita sedang kerja, kerjanya memompa darah kita supaya beredar ke seluruh tubuh, Iz...."  "Memangnya kalau tidak dipompa kenapa?"

Rabu, 01 Juni 2016

Pacitan, Kota Kecil Yang Menolak Terisolasi

15 tahun yang lalu, pemandangan dermaga berair jernih penuh dengan kapal berbagai ukuran seperti di foto ini tidak pernash terbayang di benak saya. Yang ada hanyalah perahu kecil berbahan kayu yang dibawa oleh nelayan tradisional mengitari Teluk Teleng dan sekitarnya. Konon para nelayang jarang berani ke lepas pantai - Samudra Hindia dengan ombak raksasanya karena terlalu berbahaya.

Tapi lihatlah sekarang, kapal-kapal nelayan berbagai ukuran bersandar di dekat Tempat pelelangan Ikan yang baru dibangun, lengkap dengan dermaga yang juga baru dibangun. Jangan bayangkan pemandangannya mirip dengan pantai Lama Kenjeran dimana air laut berwarna kecoklatan penuh dengan sampah plastik terbawa gelombang ke pantai, atau sandal jepit, atau berbagai macam kain. Pantainya tetap menampilkan kejernihan khas pantai selatan yang belum terlalu banyak kena polusi, dalam versi yang lebih modern.

 

Blogger news

Blogroll

About