Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 21 Juni 2016

Ketika Internet Menyakiti Anak-Anak Kita, Harus Bagaimana?

Ini pengalaman anak saya, Faiz yang waktu itu baru 5 tahun. Dia sangat suka mewarnai, dan suka minta dicarikan gambar-gambar menarik di internet untuk diprint dan diwarnai sendiri. Terbiasa melihat orang tuanya browsing via google, dia ingin mencoba sendiri. Masalahnya, dia tidak tahu bahwa browsig via google tidak harus menggunakan Bahasa Inggris, karena  dia melihat saya dan suami terbiasa browsing menggunakan bahasa Inggris (HP Pavillion 8440P core i5 specification) misalnya. Jadi waktu itu dia rowsing sendiri dengan kata kunci "firetruck colouring page". Tapi berhubung anak umur 5 tahun belum bisa menulis spellingnya secara tepat, alih-alih dia menulis: "fairtruk coloring page". Salahnya tidak terlalu parah sebenarnya, tapi hasil yang keluar benar-benar di luar dugaan.

Sekilas hasilnya memang tidak bermasalah. Berupa gambar-gambar mobil untuk diwarnai. Tapi semakin kita scroll ke bawah, materi gambar yang diwarnai semakin ngawur, sampai akhirnya saya menemukan gambar pasangan yang bermesraan, denganbaju sangat minim berlatar belakang truk, buat diwarnai anak kecil. Kaget, malu, takut, dan panik menjadi satu saat itu. Reaksi panik saat itu tentu saja komplain ke yang browsing:

"Faiz, kenapa browsing gambar ginian?"
"Lha aku nggak tahu, aku kan mau mewarnai mobil pemadan kebakaran!"
Lalu barulah kusadari bahwa dia salah menuliskan kata kunci. Kesalahan yang sangat sepele sebenarnya, tapi sangat fatal akibatnya. Sejak saat itu kami benar-benar mengawasi apa yang dibrowsing anak-anak.

Pengalaman buruk dengan internet tidak itu saja ternyata. Kali lain aku membuka you tube, untuk melihat konsel Il Divo. Saya pilih grup musik ini karena sejauh ini penampilan mereka sopan, sikapnya sopan dan full  manner, dan layak ditonton keluarga. Ternyata oh ternyata., yang posting video konser Il Divo di you tube terdiri dari berbagai macam orang dengan berbagai konten, mulai dari life konser yang lumayan konservatif hingga penggalan satu dua lagu berisi slide gambar-gambar tak pantas. 

Yang lebih mengerikan, bahkan ketika kita mengetikkan kata kunci netral semisal, "Il Divo Life Concert in Moscow," banyak keluar konten dewasa yang sama sekali tidak berhubungan dengan kata kunci. Mulai dari cuplikan film Fifty Shade of Grey, cuplikan kartun anime yang mengarah porno (maksudnya hentai) maupun yaitu tadi, video klip entah artis siapa yang tidak pantas dilihat baik orang dewasa maupun anak-anak.

Dan itu bukan kecelakaan terakhir ternyata. Setelah berbagai pengalaman itu, kami memfilter ketat laptop yang biasa dipakai browsing anak-anak. Insyaallah amanlah sedikit, meski harus tetap diawasi. Lalu saat lebaran kami mudik ke Blitar. Setelah beberapa hari anak-anak yang kangen youtube mencoba mengakses situs itu dari blackberry saya. Saya sendiri tidak pernah buka youtube via HP/blackberry karena sudah pasti sangat lemot dan boros.  Dan ternyata halaman depan Youtube Indonesia  membuat saya jijik dan tidak percaya bahwa bangsa religius dan konon bermoral tinggi bisamemposting video seperti itu.

Akhirnya ketika pulang saya melakukan percobaan. Kuambil laptop dagangan yang baru saja diinstall ulang, kemudian kuconba membuka situs youtube disana. Sesuai dugaan, hasilnya seperti ini:

Menurut bunda, bagaimana jika video barisan paling atas diklik anak-anak kita? Kira-kira apa yang akan mereka lihat? Jadi di laptop/android/HP yang belim terfilter, gambar inilah yang akan muncul ketika seseorang mengetikkan situs itu. Bagaimana pendapat Bunda?

Sekarang mari kita bandingkan dengan laptop saya yang biasa dipakai anak-anak browsing, dan sudah disetting dalam restricted mode, hasil ketikannya akan seperti ini:

 
 Tampilannya adalah tampilan yang sering kami buka, dan Insyaallah relatif aman untuk anak-anak kita. Selain itu, banyak sekali video yang tidak akan bisa ditampilkan di laptop kita karena ada kemungkinan mengandung  konten dewasa, ada unsur SARA maupun bersifat bullying. Selain itu, kata-kata kunci seperti "adult", "dewasa" "porn" "Hentai" dan lain-lain tidak akan bisa ditampilkan disana. 

Agak repot bagi orang tua memang. Ketika membahas sebuah tema sensitif di forum internasional dimana ada videonya, seingkali kita tak bisa mengakses dan memberi pendapat karena mungkin vidoenya bersifat bullying atau ada unsur rasis atau SARA. Dan kita harus membuat excuse, "So sorry I can not tell you mu opinion. My laptop is in restricted mode and it's refuse to post your video." Hahahahaha

Anak-anak kita akan sangat mudah tersesat dan terjebak di belantara internet, bahkan meski mereka browsing di dalam rumah kita. Jangan tanya lagi konten apa saja yang kemungkinan mereka buka ketika mereka mengerjakan tugas sekolah dengan pergi ke warnet tanpa pendampingan. Dan anak-anak kita yang manis dan penurut di rumah bisa jadi tanpa kita sadari terbawa arus juga.

Maka sebagai orang tua tugas kita adalah selalu cerewet memberi batasan apa saja yang boleh diakses dan yang tidak boleh. Diskusikan kepada mereka dengan kepala dingin, kita ajak mereka menggunakan logika dan kita beritahu apa akibatnya. Anak-anak perlu tahu benar apa yang mengancam mereka. 

Langkah kedua adalah menyediakan internet di rumah, lengkap dengan filternya. Itu akan mencegah mereka untuk terbawa arus (link)  yang pada gilirannya akan merusak karakter mereka. 

Untuk memfilter, panduan ini bisa digunakan:
http://nemuneiki.blogspot.co.id/2015/10/sedikit-menjinakkan-google-dan-youtube.html

Atau bisa juga situs-situs yang berbahaya diblokir secara manual seperti ini:
http://nemuneiki.blogspot.co.id/2015/10/blokir-situs-secara-manual.html

Ketidak tahuan orang tua akan bahaya internet bisa membawa malapetaka. Berapa banyak kasus perkosaan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak-anak remaja yang kecanduan pornografi? Pernahkah anda membaca berita seorang ABG membantai teman-teman sekolahnya dengan senapan, karena terpengaruh oleh game sadis bernama "Doom"? 

Kalaupun kita tidak bisa merubah merubah dunia, minimal kita bisa mencegah anak kita untuk terlibat di dalamnya, baik sebagai pelaku atau justru menjadi korbannya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About