Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 20 Oktober 2015

Kenapa Belajar Membaca Sejak Dini Cenderung Menurunkan Minat Baca Anak?

Sebenarnya ini fenomena lama. Entah bagaimana awalnya, anak-anak yang masuk kelas 1 SD "diharuskan" sudah bisa baca tulis. Para orang tua kelimpungan, guru-guru SD menyalahkan guru TK, kok murisnya nggak diajarin membaca? Sementara guru-guru TK juga berkilah bahwa itu bukan tugas mereka. Lhah ....


Para orang tuapun mengambil langkah drastis, anak-anak yang masih sekolah TK dileskan baca tulis dan berhitung. Bahkan siswa PAUDpun sudah mulai berkenalan dengan huruf.

Mungkinkah? Mungkin saja. Sangat mungkin malah. Anak-anak berIQ tinggi bahkan mulai bisa membaca sejak umur 3 tahun. Apalagi sekarang banyak sekali metode belajar membaca yang "konon" membuat anak betah dan bersemangat belajar.

Apakah itu menjamin anak akan unggul dalam pendidikan selanjutnya? Disini rupanya anomalinya. Karena berdasarkan interaksi dengan guru-guru SD dan TK yang pernah kukenal, anak-anak jaman sekarang cenderung rendah minat bacanya. Terus kalau minat bacanya rendah, bagaimana anak akan mau belajar?

Kok Bisa?
Rupanya disini jebakan mautnya. Orang tua bukan main gembiranya ketika melihat anak-anaknya pintar membaca. Maka langkah selanjutnya (dan amat disayangkan) orang tua mengajari anak ke materi level di atasnya. Anak SD kelas 1 yang harusnya baru belajar tambah/kurang 1 - 20 dipaksa berhitung 1-100, anak yang belum lagi lancar membaca tulisan berbahasa Indonesia sekarang dipaksa mengeja tulisan berbahasa Inggris. Ketika itulah pelajaran membaca menjadi tidak menarik lagi.

Alih-alih menikmati buku bergambar glossy nan warna-warni, kini dia harus berhitung bilangan tinggi, mencari cara cepat untuk menyelesaikan penjumlahan, menghafal berbagai kosa kata dalam 2 atau 3 bahasa, dan anak mulai kehilangan kesenangan dalam belajar dan membaca.

Memotivasi anak untuk membaca tidak bisa dilakukan dengan cara memaksa. Kitalah yang harus menunjukkan dimana menariknya sebuah buku. Tanpa kita paksa membacapun, seorang bayi akan tertarik untuk melihat-lihat isi buku bergambar warna-warni. Dia akan berusaha memegang, mempelajari teksturnya, mengenali bentuk dan warnanya, bahkan mencoba mencicipi rasanya. 

Kita bisa mendorongnya untuk menyukai buku dengan menunjukkan betapa menariknya isi buku tersebut. Kita jelaskkan gambar-gambar di dalamnya, kita bacakan ceritanya, dan biarkan anak-anak kita "mengeksplorasi" buku barunya. Sebenarnya istilah eksplorasi ini lumayan menyakitkan maknanya :v, karena meliputi proses memegang, meremas sampai lecek, merobek, memasukkan ke mulut, bahkan kalau agak gede dikit mengguntingnya. 

Dari kebiasaan dibacakan buku itulah nanti timbul keinginan untuk mengenal huruf. Jadi ketika anak mulai bisa berbicara, kita bisa sekaligus mengenalkan huruf pada mereka. Bukan mengajarinya, Ayah, Bunda. Tapi sekedar menunjukkan ini A, ini B, ini C dan seterusnya, dengan suasana yang membuat anak senang dan bahagia.

Setelah itu, kita akan terkejut sendiri dengan perkembangan kemampuan anak-anak kita. Ketika anak mulai bertanya-tanya tentang huruf yang dilihatnya, saat itulah kita bisa mengajarinya. Jangan lupa dalam proses mengajar anak kita, kebiasaan membacakan buku pada anak tidak boleh diabaikan. Banyak sekali buku-buku yang bisa kita pilih. Kalau saya, di usia awal mereka, saya cenderung membacakan buku yang berisi membangun kebiasaan baik, misalnya tentang toilet training, tentang berani tidur sendiri, tentang berteman dengan anak-anak lain dan sebagainya.

Dan ketika anak sudah mulai bisa dan senang membaca, maka kita harus bersedia menjadi teman diskusi mereka, menjawab pertanyaannya, kadang  menghibur tangisnya ("Ayahnya Lintang hilang di laut, Ma. Dia ga bisa sekolah lagi......" Kata Eying sambil berlinang air mata setelah membaca buku laskar pelangi :D).

Kalau sudah seperti itu, tugas kita sebagai orang tua tinggal menyiapkan dana saja. Karena buku baru akan menjadi kebutuhan pokok mereka :sigh. Ada banyak cara sih, beli buku-buku bekas misalnya. Para 'kutu buku' tidak akan peduli apakah orang tuanya membelikan buku baru atau bekas, karena bagi mereka buku yang belum pernah dibaca = buku baru. Selain itu, kita juga harus tetap mengarahkan mereka untuk tidak melupakan tugas dan tanggung jawab utama mereka. Aturan yang tegas dan disepakati bersama tetap harus ditegakkan oleh orang tua.



2 komentar:

  1. Kenalkan buku sejak dini biar anak semakin gemar membaca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat setuju, alih-alih belajar berhitung dan pelajaran sekolah lainnya, kenapa nggak dikenalkan buku tentang kemandirian, perilaku baik, merawat lingkungan dan sebagainya?
      Buku mahal, Teacher #ngacir

      Hapus

 

Blogger news

Blogroll

About