Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 21 Oktober 2015

Bekerja keras untuk membeli sampah

Dari Sahl bin Sa’id as-Sa’idi radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)
Saya rasa, sebagian besar kaum muslimin sudah pernah mengetahui hadits di atas, tapi ijinkanlah dalam tulisan ini saya mengajak anda melihat dari perspektif yang (mungkin) lain.

Pada umumnya, kita mendapatkan penjelasan/penafsiran bahwa bumi dan seisinya ini tidak ada artinya dibandingkan dengan keseluruhan alam semesta (yang bahkan sampai saat inipun belum mampu kita ketahui batas-batasnya). Tentu saja penafsiran tersebut benar adanya. Ilmu astronomi telah menunjukkan kepada kita bahwa Bumi kita ini hanyalah setitik debu di hamparan alam semesta. Bagi Allah, Bumi mungkin bisa diibaratkan seperti setitik debu yang menempel di pakaian kita. Sangat tidak berharga! (Jadi teringat dengan film "Horton hears a who).

Tapi bisa jadi sebagian dari kita masih berdalih, "ya itukan dari sudut pandang Allah yang Maha Kaya, kalau bagi saya dunia ya masih sangat berharga." Nah, mari kita coba maknai hadits di atas dari perspektif kita, manusia. Sebelumnya, marilah kita samakan persepsi bahwa sampah adalah sesuatu yang sudah tidak kita manfaatkan, sesuatu yang justru mengganggu kita sehingga kehilangannya tidak akan kita sesali, justru membuat kita merasa lega.

Salah satu tujuan orang bekerja keras di dunia adalah untuk mengumpulkan materi (uang) yang kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari berupa sandang, pangan dan papan. Tetapi bila kebutuhan dasar tersebut telah terpenuhi, tetap saja kebanyakan kita masih bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder, tersier, kuarter dan seterusnya. Kita merasa perlu bekerja keras untuk mempermewah rumah kita, membeli beraneka gadget terbaru dan tercanggih, membeli aneka produk fashion bermerek, mobil mewah, supercar, kapal pesiar, pesawat pribadi dan seterusnya.

Pernahkah kita berfikir sejenak bahwa beraneka barang yang kita beli tersebut pada hakekatnya (secara harfiah) hanyalah sampah? (atau lebih tepatnya calon sampah). Makanan yang kita makan, semewah dan semahal apapun, pada akhirnya hanya menjadi sampah yang harus kita buang di toilet. Beraneka gadget mahal yang kita beli, dua tiga tahun kemudian mungkin sudah teronggok menjadi sampah. Barang-barang branded yang kita beli, bahkan kalaupun itu sebuah tas Hermes yang harganya nyaris 1 milyard, lambat laun hanya akan teronggok sebagai sampah. Mobil yang kita beli lambat laun juga hanya menjadi bongkahan sampah berkarat. Rumah yang kita bangun bak istanapun lama-kelamaan akan rusak dan menjadi sampah, memaksa kita untuk merenovasi atau malah menghancurkannya. Bahkan jasad kitapun, walaupun sudah kita rawat dengan beraneka treatment mahal bahkan kita operasi plastik di sana-sini biar semakin menarik, pada akhirnya hanya akan menjadi sampah yang akan disingkirkan. Jadi bagi manusiapun, dunia yang kita kejar-kejar dengan segenap daya dan upaya, dengan cucuran keringat dan darah itupun sejatinya hanyalah sampah yang tidak berharga. Kalau begitu, masih layakkah kita terengah-engah mengejar dunia sampai lupa waktu, lupa diri, lupa keluarga, bahkan lupa pada Tuhan? Pantaskah demi membeli setumpuk sampah tersebut kita harus menanggalkan harga diri, menanggalkan kehormatan, memutus urat malu, membuang kejujuran dan rela menjadi sasaran sumpah serapah orang senegara?

Tentu saja, bukan berarti kita kemudian menjadi loyo dan bermalas-malasan. Bahkan kita tetap harus bekerja keras. Allah sudah berfirman di QS. Al-Insyirah ayat 7:
"Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain"
Tetapi tentu kerja keras yang mengikuti rambu-rambu, tidak membabi buta dan menabrak norma sana-sini. Dan kalaulah dari kerja kita itu ada hasilnya, cukup sekedarnya saja untuk dunia. Akan lebih baik bila kita juga menyiapkan bekal untuk akhirat kita.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About