Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 15 September 2016

Ketika Ibu Memutuskan Resign

Lelah, mungkin begitulah yang dirasakan adikku setelah selama lebih 10 tahun mengabdi pada tempat dia bekerja selama ini. Ingin mengistirahatkan mata, otak dan fisik barang sejenak, setelah sekian tahun bahkan tidur di hari minggupun tak bisa nyenyak ia rasakan. Kini waktunya mengganti kasih sayang yang hilang terhadap anak semata wayang.

Dulu saat si kecil dia butuh perhatian penuh tak bisa ia berikan. Pekerjaan menanti, harus terbang ke luar pulau beberapa minggu sekali. Sekarang dia ingin mengantar jemput anaknya ke sekolah tiap hari. Mengajarinya mengerjakan PR sendiri. Memasakkan anak dan suami sarapan pagi, meski selama ini hanya makanan warung yang menanti. Tapi masih begitu banyak kegalauan menanti.

Pemasukan selama ini, dengan cara apakah dia bisa mengganti? Ada tagihan kredit yang masih harus dibayar, SPP anak setiap bulan, belum lagi buku, modul dan segala macam tetek bengek keperluan sekolah selama ini. Dia memang bukan single mother memang, tapi kehilangan separuh sumber pemasukan adalah jumlah yang sangat besar. 

Adikku akhirnya memutuskan untuk menekuni hobby lama, menjahit. Seingatku kemampuan itu sudah dimilikinya sejak SMP, meski waktu itu baru terbatas pada kemampuan menjahit rok seragam pramuka dan celana pendek. Dari ambil kursus selama beberapa bulan, membawa mesin jahit jadul ibu kami yang sudah jarang terpakai, dan modal nekat ngiklan online meski kursus belum selesai, si Adik pelan-pelan mulai menapak lagi. Kini penghasilannya hampir menyamai gaji yang dulu, dengan pekerjaan yang jauh lebih santai, anak yang lebih terawasi, dan biaya hidup yang jauh lebih murah karena sekarang tinggal di desa. 

Setelah beberapa tahun berlalu, setiap kali kutanya apakah menyesal dengan keputusannya, dia bilang justru keputusan itulah yang disyukurinya. Hidupnya sekarang jauh lebih ayem katanya. Saya nggak tahu perbedaan signifikan antara ayem dan bahagia sebenarnya, mungkin sekedar merasa bahwa dia berada di jalur yang benar.
Ayem identik dengan bisa tidur nyenyak seperti bayi kucing di dekat induknya, atau perasaan para petani ketika padi berlimpah karena habis panen, atau (mungkin) yang dirasakan para karyawan ketika habis gajian. Kurang lebih seperti itulah rasanya.
Bagaimana dengan anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About