Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 26 September 2016

Ide Cerdas Di Balik Bisnis Singkong Goreng Instan D9 Salatiga

Sebenarnya ini makanan sederhana saja. Jaman dahulu biasa digunakan orang-orang tua kita sebagai sarapan pagi mereka, karena nasi beras baru akan siap jam 11 - 12 nanti. Maka pohung atau singkonglah yang menjadi pengganjal perut di pagi hari. 
Di kalangan petani dia hanyalah tanaman pelengkap. Tidak terlalu berharga selain umbinya yang bisa direbus/dibakar dan daunnya buat disayur. Nyaris tak punya nilai ekonomis. Kalaupun produksi berlebihan, cukuplah digunakan sebagai combor sapi perah/kambing atau dibagi-bagikan pada tetangga.
 
Tradisi sarapan singkong ini ternyata masih turun-temurun di kalangan kita, anak-anak mereka. Dengan ide yang  sedikit lebih kreatif, digoreng dan dibumbui sana-sini misalnya. Maka bagi kita yang tinggal di tanah rantau, merasakan nikmatnya singkong goreng hangat di pagi hari atau di kala hujan rasanya seperti kembali ke kampung halaman saja.

Masalahnya menggoreng singkong tak semudah kelihatannya, apalagi kalau kegiatan ini dilakukan di Surabaya. Memilih singkong yang bagus, yang medhuk dalam bahasa jawanya butuh skill ekstra, yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang berasal dari desa. Kalau salah pilih dan salah proses hasilnya malah kita mendapatkan singkong goreng nang super alot, keras dan kadang-kadang pahit. Dan jangan lupa, beberapa spesies singkong ini beracun lho, maka pintar-pintarlah memilihnya.

Kemamin ketika para emak kurang kerjaan mengadakan pelatihan digital marketing, Nyonya rumah berbaik hati menyuguhi kami singkong instan yang katanya berasal dari Salatiga. Kalau anda terbiasa makan singkong goreng dari singkong kualitas terbaik (saya anak petani, jadi tahu benar singkong yang bagus seperti apa) maka merasakan singkong goreng ini benar-benar seperti pulang ke desa.

"Enak kan Dik, susah lo bisa bikin singkong empuknya rata kayak gini!" Kata Nyonya Rumah memprovokasi kami. Dan singkongnya memang benar-benar enak, Saudara. Empuknya merata, gurihnya pas, dan warnanya juga sempurna. Kelihatan sekali diolah dari singkong segar yang langsung diproses. Asal tahu saja, singkong segar tidak bisa bertahan lama.

Maka jadilah singkong instan frozen, yang kalau hujan turun tinggal kita masukkan ke wajan berisi minyak panas lalu dimakan selagi hangat ditemani secangkir kopi hitam ataupun teh manis. Sangat memadai untuk memuaskan anak-anak desa yang telah lama meninggalkan kampung halaman, yang selalu merindukan makanan massa kecil tapi tak ada kesempatan untuk mengolahnya. 

Maka singkong frozen ini mengesankan kita pada sebuah gaya hidup yang tidak meninggalkan akar masa lalu kita. Gaya hidup yang selalu dirindukan anak-anak rantau yang.......Alhamdulillah sekarang sudah jauh lebih baik kehidupan finansialnya, tapi lidahnya masih terikat dengan selera kampung halamannya di desa.

Dan harganya????? Harga oh harga...... Kalau di warung sayur tempat saya biasa belanja, sekilo singkong mentah segar cukup Rp 5000 saja, singkong Frozen D9 ini mematok harga Rp 22.000,- per kilonya. Whattttt????? Jangan dilihat dari harganya. Lihatlah berapa banyak singkong yang terserap oleh usaha ini dan pada akhirnya meningkatkan taraf hidup orang-orang yang menanamnya. Lihatlah berapa besar tingkat urbanisasi yang bisa dicegah karena didesanya sendiri kemakmuran sudah ada di depan mata. Tok tak akan pernah ada harga yang terlalu murah. Yang perlu dilakukan adalah menemukan orang dan pasar yang tepat.
Bukan begitu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About