Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 02 Oktober 2016

Menyelami Keraguan Anak Tengah Akan Kemampuan Diri Sendiri

"Least loved, always, by the mother who craved a daughter ... least loved, now, by the girl who prefers your friend ... second best, always, eternally overshadowed"
Translate:
"kurang dicintai oleh ibu yang mendambakan anak perempuan, kurang dicintai oleh gadis yang lebih memilih sahabatnya......selalu menjadi no 2 yang terbaik, selamanya dibayang-bayangi orang lain....."
Liontin slytherin mempermainkan perasaan Ron Weasley ketika akan dihancurkan olehnya - Harry Potter and Deathly Hollows. 
Itulah ungkapan hati seorang anak yang terlahir sebagai anak keenam dari tujuh bersaudara, dimana semua kakaknya memiliki prestasi cemerlang bak bintang Sirius di malam hari. 
"Semua orang berharap aku menjadi yang terbaik seperti mereka. Tapi kalaupun aku melakukannya, itu bukanlah hal yang luar biasa. Mereka sudah melakukannya terlebih dahulu." Ron Weasley @ Harry Potter And Sorcerer's stone

Sungguh dilema kan? Kalau tidak berprestasi maka nama keluarga yang jadi taruhan. Kalaupun berprestasi, itu hal yang biasaaa, bukan sesuatu yang mengundang kekaguman.
"Siapa sih? Oh anak pak A ya? Adiknya Si B? Ya wajar sih......."

Itulah beratnya menjadi anak ke-x dari y bersaudara. Kakak sulung Ron, Bill Weasley adalah ketua murid di sekolah, Charlie, kakak keduanya kapten quiditch legendaris, Kakak ketiga, Percy kembali mengharumkan nama keluarga dengan menjadi Weasley kedua yang jadi ketua murid, dan siapa yang tidak kenal dengan ketengilan, kelucuan dan kegeniusan Si Kembar, Fred dan George Weasley yang sukses menjadi pengusaha ketika umurnya baru menginjak 17 tahun?

Bagaimana dengan anak-anak kita? Saya dan Pak Boss sebenarnya terhitung anak tengah, tapi harus memainkan peran sebagai anak sulung di rumah kami sehingga Alhamdulillah tidak mengalami kegalauan seperti itu. Dan saya selalu merasa Ibu mertua menempatkannya sebagai anak tertua (karena dia anak laki-laki tertua) di keluarga. Sehingga dia tidak pernah merasa dibayang-bayangi siapapun. 

Tapi kami melihat rasa keraguan dan ketidak amanan itu pada anak tengah kami. Merasa kurang disayang karena ada kakak yang pintar dan adik yang butuh perhatian, merasa kurang pintar, kurang cantik, dan sangat sensitif terhadap perbedaan perlakuan orang tuanya.

Apakah dia kurang pintar? Tidak juga sebenarnya. Prestasinya sangat baik selama ini.  Benarkah kami lebih sayang terhadap kakak/adiknya? Ya enggaklah, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, mereka punya passion yang berbeda satu sama lain dan kami berusaha semaksimal mungkin mengakomodir itu semua.

Tapi pernahkah anda melihat anak tengah anda menyendiri, menjauh dari keluarga karena ada orang lain yang mengatakan kakaknya pintar, atau adiknya ganteng, dan lupa memuji dirinya? Pernahkah anda melihat Si Tengah ngambeg karena anda membelikan sepatu si Kakak/Adik karena memang sudah waktunya ganti, sementara punya dia masih bagus?

Dan ketidakamanan itu akan semakin bertambah ketika penampilan Si Tengah sedikit berbeda dibanding saudaranya. Dari tiga bersaudara, dua anak kami, Si Sulung dan Si Bungsu punya penampilan Chineese look: mata sipit dan rambut lurus. Sementara Si Tengah benar-benar berwajah Jawa Asli, dengan mata bulat lebar, rambut kriwel berombak dan kulit sedikit lebih coklat. Bukan karena dia kurang cantik, tapi dia merasa berbeda dibanding saudaranya.

Apa yang harus dilakukan? Dalam kasus Una, anak tengah kami, kami menyebutnya "never ending reassurance". Tak henti-henti kami meyakinkan bahwa cantik tidaknya seorang anak perempuan  tidak ditentukan oleh bentuk mata, warna kulit maupun lurus/kertitingnya rambut. Kami terus menerus meyakinkan bahwa dia pintar dan disayang kedua orang tuanya. Maka tak heran di umurnya yang 9 tahun dia masih digendong abinya ke kamar mandi setiap bangun pagi, dibuatkan menu tersendiri yang berbeda dari saudaranya, dan harus sering-sering bilang "I love You."  "Ihhh cantiknya rambutmu...." supaya kepercayaan dirinya meningkat.

Anak seperti itu harus sering mendapatkan kontak fisik dari orang tuanya. Pelukan ketika bertemu di sekolah, disisir rambutnya sambil kita memuji kekriwelannya, apresiasi dan ekspresi kegembiraan orang tua ketika dia berprestasi, dan pengakuan bahwa kehadirannya sebagai anak diterima dengan penuh bahagia oleh orang tuanya.

TIDAK BOLEH membandingkan anak tengah dengan kakak/adiknya tentang APAPUN, karena itu akan menambah rasa ketidakamanan dan menjatuhkan kepercayaan dirinya. Membandingkan anak memang hal yang tidak dibenarkan, terlepas dia anak tunggal, anak sulung, anak tengah maupun anak bungsu. Tapi DAMPAK BURUK membandingkan akank sangat terasa ketika orang tuanya melakukan kepada anak ke-x mereka.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About