Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 23 Oktober 2016

Berguru Di Padepokan Internet

Inilah fenomena yang lucu, aneh dan sangat menguatirkan dan menjurus berbahaya tapi juga sangat-sangat populer sekarang ini. alih-alih berkonsultasi pada orang-orang yang kompeten, langkah pertama ketika mendapat masalah mereka berkonsultasi pada internet. Dan berapa banyak dari kita yang paham betul sosok-sosok tak berwajah yang menjawab pertanyaan-pertanyaan kita dan kita ikuti saran mereka dari A hingga Znya?
 
Kalau anda perhatikan gambar di atas, itu adalah data yang di dapat dari Quora, forum diskusi semacam Kaskus tapi bertaraf internasional.  Perhatikan siapa "most viewed writer in Islamic Sharia - yang artinya penulis yang jawabannya paling banyak dibaca dalam bidang Hukum Syariah Islam. Top writer, Hillel Gray, adalah seorang Yahudi. Dan meski di forum itu dia menjawab dengan cukup obyektif (silahkan ditelusuri sendiri kalau mau), tapi menurut anda bisakah anda mempercayakan hukum yang menjadi pedoman hidup dunia akhirat anda pada seorang Non Muslim? Bukan karena perilaku atau baik-tidaknya, tapi seberapa dalamkah pemahaman seorang non Muslim tentang Islam dibanding para ulama yang puluhan tahun belajar tentang Islam itu sendiri?

Dan gambar di atas bukan satu-satunya fenomena. Seorang ibu menghawatirkan gaya pacaran anak gadisnya yang baru berumur 13 tahun karena dia sudah mulai meminta alat kontrasepsi (Dapatkah anda bayangkan seandainya itu terjadi di Indonesia? Kira-kira bagaimana reaksi orang tua?) dan apa jawaban rata-rata pembaca? Berikan saja! Karena seorang ibu tidak boleh terlalu mengontrol perilaku anaknya! Hargai kesediaan anak untuk berterus terang, daripada mereka melakukannya di belakang anda! Lebih baik diberi daripada si anak hamil terlalu muda!!! Jawaban yang diberikan oleh seorang perempuan yang dengan bangga mengaku kehilangan keperawanan di usia 14 tahun!

Begitu juga ketika seorang ibu yang menangkap basah anaknya yang baru 9 tahun menonton video porno lalu berkonsultasi di forum yang sama. Apa jawabannya? Bukannya memberi tips bagaimana menjauhkan anak dari pengaruh buruk pornografi, mereka beramai-ramai mengatakan bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu adalah hal yang umum terjadi, dan merupakan hal yang wajar kalau anak ingin tahu organ tubuhnya sendiri.

Jadi bisakah anda bayangkan seandainya saja anda mengutarakan kegalauan anda karena anak-anak tidak mau mengaji, atau tidak mau sholat, atau bahkan hal paling sederhana semisal membereskan kamar tidur sendiri? Jawabannya mungkin akan kurang lebih sama, jangan pernah memaksa anak melakukan hal yang tidak disukainya! Ini dunia bebas yang liberal!

Itulah jawaban-jawaban yang diberikan internet kepada para orang dewasa yang hendak bertanya. Seandainya orang tua sudah punya pondasi karakter (dan aqidah) yang sangat kuat, dia akan bisa memilah. Dia akan bisa meraba valid tidaknya jawaban mereka. Tapi bagaimana dengan orang yang begitu memuja dunia barat misalnya? Yang menganggap orang-orang non Indonesia sebagai dewa? Mereka jelas akan mengikuti petunjuk itu hingga titik komanya. Sungguh sangat berbahaya.

Itu untuk orang dewasa. Bagaimana dengan anak-anak? Atau para ABG labil yang masih mengalami krisis identitas, terombang-ambing kepribadiannya sesuai tren yang lagi ngetop?  Bagaimana jika dia berkonsultasi dengan siapapun lalu menelan mentah-menatah semua jawaban yang diterimanya? Ingat, bahkan kita sebagai orang dewasa cenderung mengambil jawaban yang muncul di halaman pertama google ketika sedang searching topik tertentu. Terlepas valid atau tidaknya.

Dulu kita diajarkan bahwa taqlid buta pada satu ulama sangat berbahaya. Sekali lagi, ULAMA, orang yang dianggap tinggi pengetahuan agamanya.  Kita tetap perlu cari referensi lain, mencari second opinion. Bahkan untuk masalah yang tidak berhubungan dengan agama. 

Dan sekarang bahkan ulama mulai ditinggalkan, karena kita taqlid buta dan tuli pada 'Kyai' bernama "Kyai Google", Ustadz Yahoo dan lain sebagainya.  Bisakah anda membayangkan seperti apa anak cucu kita nantinya? 

Oh dan kesesatan kita nantinya bukan hanya masalah akidah saja. Soal urus anak secara umum pun sudah sangat carut-marut dan rancu pemahamannya. Begitu takutnya seorang ibu dicap sebagai orang tua abusive sehingga menegur anaknya yang yang berperilaku menyimpangpun mereka ragu. 

Lalu kita melihat anak-anak kita yang ogah belajar dan mengerjakan PR karena (sekali lagi) anak tidak boleh dipaksa. Ada anak yang begitu liar dan kasar perilakunya dan orang tua sama sekali tak berdaya, karena parenting mengajarkan mereka untuk tidak memaksa anak tapi menunggu kesadaran tumbuh dalam diri mereka.

Kenapa? Karena internetlah yang mengajarkan parenting pada mereka. Karena facebook mereka dipenuhi oleh share 'artikel parenting' yang berisi  larangan ini itu terkait dengan pengasuhan anak-anaknya. Dan lucunya, para orang tua ini begitu patuhnya pada "guru" mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About