Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 15 Februari 2018

Smartphone Dan Laptop Orangtua Yang Merusak Moral Anak-Anaknya

Kedua anak itu bermain di depan rumah kami. Seorang anak perempuan (sebut saja Siti) berumur 4 tahun dan sepupu laki-lakinya yang baru berumur 5 tahun lebih sedikit. Awalnya permainan mereka biasa saja, hanya duduk-duduk di atas becak tetangga yang kebetulan parkir di depan rumah.

Dan entah kenapa waktu itu aku memergoki Si anak laki-laki ini melepas celana sepupu perempuannya. Selanjutnya dia menempelkan kemaluannya di pantat adik sepupunya tadi. Aku yang waktu itu tak sengaja melihatnya kaget bukan kepalang!! "Hei, mainan apa itu? Nggak boleh melorotin celana orang lain! Ga boleh nunjukin tititmu kemana-mana gitu!!" Hardikku spontan, panik, pakai nada tinggi pulak! Dan kedua anak itu langsung kabur ketakutan. Siapa yang nggak kaget coba, cerita seram seperti itu biasanya hanya ada di media online atau koran lampu merah. Bukan 'tayangan langsung' di depan rumah, di siang bolong lagi!

Itulah pengalaman pertamaku menyaksikan anak-anak terpapar pornografi. Si anak laki-laki ini (sebut saja Gani - Garong Mini) terkenal dengan kenakalannya yang di luar kewajaran, bahkan menurut standar kampung kami yang sangat permisif.  Dan perbuatan tak senonoh yang kupergoki juga bukan hal pertama yang dia lakukan. Karena beberapa hari kemudian Kakak Si Siti memergoki mereka berdua melakukan hal yang kurang lebih sama di rumah Si Gani yang waktu itu sedang kosong.

Ibu Si Siti luar biasa marah, dan tentu saja kesempatan itu tak kulewatkan begitu saja. Kusampaikan padanya apa yang kulihat beberapa hari sebelumnya. Sayangnya alih-alih berbicara dengan anaknya secara lemah lembut, dia meluapkan kemarahannya pada anak balita yang memang tidak mengerti apa-apa!

Itu kejadian nyata di kampung kami, daerah padat penduduk di Kota Surabaya. Bukan di negeri antah berantah yang hanya kita kenal di televisi saja. Dan itu bukan satu-satunya kasus penyimpangan seksual yang terjadi di kampung kami. Ada kasus anak-anak TK ketahuan 'nobar' film dewasa dari smartphone mereka. Di tempat lain anak-anak usia yang lagi-lagi ikut kakaknya melakukan hal yang sama.

Tahukah Ayah, Bunda, bagaimana bisa mereka terpapar pornografi dengan begitu mudahnya? Kalau di tempat saya, biasanya semua bersumber dari benda kecil bernama smartphone. Dan yang lebih menyesakkan dada, film-film dewasa itu berasal dari file yang didownload oleh orang tua mereka!

Dan para orang tua berasumsi bahwa anak-anak balita mereka yang masih unyu itu tak akan menemukan file-file pribadi seperti itu. Begitu juga kakak-kakaknya yang masih SD tak akan bisa membuka browser, mengetikkan kata kunci tertentu lalu berselancar sebebas-bebasnya di dunia maya.

Keberadaan internet tanpa filter dan pengawasan ketat orang tua inilah yang memicu penyebaran perilaku menyimpang secara masif akhir-akhir ini. Karena perusakan generasi muda melalui pornografi memang benar-benar terjadi. Coba saja anda searching satu kata netral di googl* atau Youtub* dan perhatikan konten apa saja yang muncul. Masih ingat konten porno dengan kata kunci salam pramuka? Saya bahkan pernah menemukan gambar dewasa dengan kata kunci firetruck colouring page!!

Belum lagi bertebarannya games-games bertema dewasa yang bisa diakses secara bebas oleh anak-anak kita. Seberapa sadar kita sebagai orang tua terhadap hal-hal seperti itu? Anak-anak di jaman ini seperti terkepung serigala dari segala penjuru. Pelaku LGBT yang mencari pengikut, para predator/pedofil yang mencari mangsa anak-anak di bawah umur, games yang membuat kita begitu terikat pada gadget tanpa peduli sekeliling, juga anak-anak dan orang dewasa yang terpapar pornografi begitu parahnya hingga membabi buta mencari pelampiasan.

Hal  ini diperparah dengan kondisi orang tua yang abai pada anak-anaknya. Entah karena alasan kedua orang tua bekerja, ayah dan ibu gaptek dan nggak ngerti seluk-beluk gadget dan laptop, bahkan ada pula yang memang tidak sadar dengan bahaya dari benda kecil tersebut. Mereka sangat bangga ketika anaknya 'jinak' tinggal di rumah saja, asyik bermain dengan smartphone dan laptopnya tanpa tahu apa saja yang dilakukan dengan benda itu.

Kewaspadaan Penuh Orang Tua 
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi paparan pornografi pada anak. Diantaranya dengan menerapkan aplikasi filtering pada gadget anak-anak anda. Misalnya dengan cara memblokir situs-situs tertentu. Selain itu untuk mencegah anak-anak mengakses pornografi secara diam-diam, anda bisa menonaktifkan privat browser laptop anda.  Karena dengan mengakses privat browser  kita tak bisa melacak jejak situs yang diakses anak-anak kita.

Khusus untuk pornografi, sekarang ada aplikasi khusus yang bisa digunakan untuk memfilternyta berdasarkan kata kunci tertentu. Coba saja ikuti petunjuknya disini. Lumayan sangat ketat juga sensornya. 

Tapi anda tak bisa berleha-leha hanya karena merasa gadget anak-anak sudah aman. Karena provider situs porno tetap akan mengerahkan segala cara untuk meracuni anak-anak kita. Misalnya dengan menggunakan kata kunci netral yang tak ada hubungannya dengan situs mereka. Atau menggunakan kata kunci yang berhubungan dengan pelajaran sekolah.

Maka cara paling aman adalah dengan mendampingi mereka ketika browsing. Ajak anak-anak berdiskusi secara terbuka dan dalam suasana yang nyaman tentang bahaya internet,  Tak harus berhubungan dengan pornografi saja. Bisa juga membahas soal penipuan yang sedang marak, bahkan bisa juga tentang traficking. Selain itu dorong anak anda untuk terbuka mengenai teman-temannya. Karena banyak sekali kasus kecanduan pornografi yang berasal dari ajakan teman-temannya. Dan yang tidak kalah penting, ajari anak-anak untuk bersikap tegas dan bisa berkata tidak pada siapapun tanpa merasa kuatir dianggap kurang sopan.




25 komentar:

  1. Betul Mba. Smartphone itu sesungguhnya perusak anak-anak. Tapi justru banyak orangtua yg dgn entengnya memberikan smartphone dgn alasan malas denger ribut2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena mereka bangga anak-anak terlihat pinter. Dan disisi lain sekolah menurut saya ikut berperan juga, dengan semakin banyaknya tugas yang mengharuskan anak browsing di internet. Padahal kita tahu tak semua ortu bisa mendampingi

      Hapus
  2. Duh persis banget mba di kampungku juga ada anak kayak gitu, laki laki, suka berkelakuan di luar kewajaran anak seumuran dia. Tapi dia bukan karena gadget melainkan sering melihat langsung ketika orang tuanya sedang berhubungan suami istri. Aku taunya setelah ada anak cewek deket rumah yang cerita, kalau si Anak lagi heboh banget nyeritain ke temen-temennya apa yang dia liat semalem di kamar orang tuanya. Ya robbiiiii... Aku langsung lemes, kok bisa orang tuanya bisa santai aja, padahal anaknya udah kelas 2 SD :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu dilema ketika kita tinggal di rumah sempit semisal kos-kosan, Mbak. Dimana anak dan ortu tidur sekamar tanpa sekat. Pernah juga kejadian di kampung seperti itu.

      Hapus
    2. ya Allah, ini kok nyeremin ya Mbaaaak, ni lagian orang tuanya kok ya gak menjaga banget sampe bisa dilihat anaknya, :(

      Hapus
  3. Naudzubillahi min dzalik, ngeri ya mba kalau kita menyaksikan sendiri pornoaksi apalagi dilakukan anak-anak di sekitar tempat tinggal kita lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan banyak ortu yang nggak sadar pulak. Saya sering terganggu dengan lagu-lagu dangdut pantura terutama, ditiru sama anak-anak kecil, padahal tariannya mesum banget.

      Hapus
  4. Na'udzu billahi min dzalik. Ngeri ya, Mbak kalau melihat langsung penyimpangan secara langsung seperti itu. Jadi khawatir juga dengan anak kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat ngeri, jadinya ya kita harus benar-benar mewaning anak-anak kita sendiri. Mana biasanya ortu mereka ga peduli sama tingkah anaknya, menganggap ya....namanya juga anak kecil.

      Hapus
  5. Waah...ini nih yang musti jadi perhatian kita semua ya mbak. Kalau main gadget sebisa mungkin jangan di depan anak. Supaya anak juga nggak ketagihan gadget. Lebih baik main kotor-kotoran di kebun deh biar kreatif hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ide bagus, cuman kalau di kota besar cari kebun jauh lebih susah, Mbak. Jadinya ya berkotor-kotor di pot lah hahahaha

      Hapus
  6. Ya Allah mbak parah banget ini mah... Kadang memang lebih baik lihat rumah kayak kapal pecah daripada anak anteng main gagdet

    BalasHapus
    Balasan
    1. Parah, kita harus sangat waspada sekarang. Anak yang kelihatannya baik-baik saja itu kadang aslinya ga sebaik itu. Anak-anak sih ga terus-terusan tak pegangi gadget, dan mainnya pun harus sama saudara sendiri, nggak boleh sama anak lain.

      Hapus
  7. Iya ih mba.. youtube meskipun kartun banyak juga konten porno nya. Apalagi sekarang sgt mudah mengaksesnya dg adanya smartphone.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, ngeri banget sama youtube. Tapi biasanya apa yang sering kita lihat akan muncul di display, jadi lumayan mudah mengontrolnya. Kecuali anak kita pakai privat browsing. Ini yang ngeri. Seingatku dulu ada aplikasi khusus buat menyensor youtube. Cuman lupa dulu udah ditulis apa belum.

      Hapus
  8. wah, miris juga bacanya. masih kecil udah tau gituan ya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak pengaruhnya, Mbak. Kadang liat ortunya langsung, kadang diajak teman-temannya nonton video milik ortunya....

      Hapus
  9. Balasan
    1. Speechless Mbak, sampai sekarang beberapa anak di tempat kami harus diblacklist dari teman anak-anak karena perilakunya sangat mengkhawatirkan.

      Hapus
  10. kalau saya biasanya membacakan anak buku untuk mengalihkan anak dari gadget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya dulu juga kitu, sampai anak=anak TK masih saya bacakan buku. Sekarang mereka membaca sendiri-sendiri

      Hapus
  11. Astaghfirullah... Baca kisah dari yang menyaksikan sendiri bikin nyesek begini :( Duh, akses dua gadget tanpa pendampingan emang berbahaya banget. Saya dan suami sepakat akan memberikan smartphone saat anak kami di kelas 2 SMP nanti, insya Allah. Tapi teman2nya yg skrg di kelas 5SD udah punya semua rata2. PR banget ini. Anak selamat, tapi teman2nya berpotensi kena efek buruk :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kelas 5 Sd udah punya smartphone, udah bisa bikin WAG, pada punya akun IG, FB, Twiter..... kata guru anakku akun medsos muridnya juh lebih banyak dibanding akunortu/gurunya. Muridku SMP bahkan udah aktif di goodreads, watpadd.....

      Hapus
  12. benar banget mbak, perlu nya pengawan yang ketat karena sekalipun misal kita gk niat, tapi bisa jadi kita korban dari orang lain,

    BalasHapus

 

Blogger news

Blogroll

About