Baiklah, masak kita harus duduk manis berdiam diri menunggu pemerintah membasmi kejahatan seksual di negara kita, tanpa menyiapkan apa-apa? Dan ketika hal yang sama menimpa orang-orang terdekat kita (naudubillahi min dzalik - semoga saja kita terhindar dari hal-hal seperti itu), akankah menyalahkan ketidakbecusan pemerintah akan membawa dampak? Kenapa kita tidak mengambil langkah antisipasi sendiri? Nah, untuk para Ayah dan Bunda, buku seri Aku Anak Berani ini akan sangat membantu menjelaskan hal-hal seperti di atas kepada anak-anak kita yang masih balita. Mari kita bahas satu-satu.
Buku ini ditulis oleh Watik Ideo, penulis lulusan Fakultas Psikologi Universitas Airlangga dan diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Istimewanya, buku ini mendapat rekomendasi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebagai buku panduan pendidikan seksual dasar.
Terdiri dari dua seri, Aku Anak Berani dan Aku Anak Berani 2. Buku Aku anak berani membahas tentang seluk-beluk perbedaan laki-laki dan perempuan, proses kelahiran seorang bayi, ciri-ciri kekerasan seksual pada anak dan petunjuk buat orang tua dan anak ketika hal itu terjadi, dan hal-hal yang perlu dilakukan untuk memulihkan anak dari trauma.
Buku aku anak berani diawali dengan pembahasan perbedaan laki-laki dan perempuan dan fungsinya masing-masing. Karena ditujukan untuk anak balita sampai pra SD, bahasa dibuat sesederhana mungkin supaya dimengerti oleh anak. Pertanyaan anak tentang proses reproduksi harus dijawab dengan jujur dan tenang. Jangan sampai kita menghardik anak kita gara-gara keingintahuan mereka, karena itu akan mendorong anak mencari tahu ke sumber yang tidak jelas, dan hasilnya akan lebih berbahaya.
Bagian kedua membahas toilet training. Buku ini menganjurkan orang tua untuk mengajarkan toilet training sejak mereka umur 2 tahun. Disini anak diberi penjelasan bahwa kita harus buang air di toilet, dimanapun kita berada. Anak juga diberi penjelasan bahaya buang air di tempat umum.
Bab berikutnya membahas tentang cara berpakaian. Anak-anak harus dilatih berpakaian sopan baik di dalam dan diluar rumah. Anak-anak diajarkan untuk tidak mengenakan pakaian dalam saja, baik saat keluar maupun saat berada di dalam rumah. Selain itu anak juga diajari untuk tidak menunjukkan area pribadinya ke orang lain dan berani menegur temannya yang melakukan hal-hal seperti itu.
Catatan penulis: Kadang kita menjumpai anak-anak yang bercanda secara keterlaluan dengan memelorotkan celana temannya. Saya selalu menegur langsung anak-anak yang berbuat seperti itu, dan mengijinkan anak saya bertindak keras ketika ada orang lain berbuat hal yang sama kepada mereka. Bahkan jika itu dilakukan oleh orang dewasa.
Selanjutnya anak diajari mengenali kejahatan seksual di sekitarnya. Anak-anak harus bisa mengenali sentuhan baik dan sentuhan jahat, atau perilaku orang lain yang dia merasa tidak nyaman. Anak juga diberitahu apa yang harus dilakukan ketika dia mendapat "sentuhan" jahat. Disini anak-anak diajari bagian tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain, kecuali kita sebagai orang tua.
Bab berikutnya adalah pembahasan tentang proses reproduksi, dimana anak-anak mulai bertanya dari mana asal adik bayi. Pertanyaan itu harus dijawab secara jujur, tanpa menjelaskan secara detil tentang hubungan seksual yang terjadi. Bagi banyak orang tua, pertanyaan seperti ini sungguh tidak nyaman. tapi kita harus berani memberikan penjelasan kepada mereka. Buku ini juga memberi petunjuk pada orang tua untuk tidak memberikan akses konten dewasa pada anak-anak.
Kemudian tentang memisahkan tempat tidur anak-anak. Ketika sudah cukup umur, anak wajib tidur terpisah dengan orang tua. Dan anak laki-laki dan perempuan wajib tidur di tempat tidur yang terpisah pula. Disini kita mendorong anak-anak kita untuk berani tidur sendiri dan menghadapi ketakutannya. Kemudian membahas tentang khitan. Bagaimana prosesnya, dan kenapa anak laki-laki harus dikhitan.
Dua bab berikutnya membahas ketika anak mengalami kekerasan seksual. Orang tuas harus mengamati perubahan perilaku anak dan mendorongnya untuk bercerita kepada orang tua secara jujur. Dan buku ini memberi petunjuk apa saja yang harus dilakukan orang tua ketika itu terjadi. Penanganan pasca trauma juga diperlukan untuk mengembalikan semangat anak. Terapi psikologi misalnya.
Sayang sekali dua bab yang berkaitan ini tidak ditempatkan secara berurutan, karena ada pembahasan tentang bagaimana menghadapi orang asing yang berniat tidak baik. Anak dilatih untuk tidak mudah tergoda oleh bujukan orang asing baik baerupa makanan, uang, mainan, atau janji-janji lain. Ini memang penting, karena bahkan di sekolah anak-anak pun sudah beberapa kali terjadi percobaan penculikan.
Buku ini dilengkapi dengan gambar-gambar menarik di setiap halamannya. Kalimatnya yang sederhana cocok untuk dibaca oleh anak-anak yang baru bisa membaca. Petunjuk buat orang tua ditulis di tiap akhir bab, sehingga membantu ayah bunda untuk memberi pengertian pada anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar