Hari Sabtu, 25 Maret 2017 kemarin menjadi hari yang spesial
buat beberapa siswa SD Luqman Al Hakim Surabaya. hari itu bersamaan dengan
penerimaan raport mid semester II ada pentas kreatifitas siswa yang terdiri
dari pertunjukan teater, karate, penampilan nasyid yang baru saja memenangkan
lomba, penampilan siswa-siswi ekstra hadrah, pildacil dan Qur’an dan banyak
lagi yang lainnya.
Ajang kreatifitas siswa yang bertema “Generasi Bangsa Peduli
Sesama Dan Lingkungan” ini ditutup
dengan mengenalkan pentingnya menjaga kelestarian dan keharmonisan lingkungan
dengan cara menanam pohon mangrove di wilayah hutan mangrove Wonorejo, Surabaya
Timur.
Kontur tanah Surabaya yang
mayoritas terdiri dari tanah berawa di tepi pantai memang cocok ditanami pohon
jenis ini. Keberadaan pohon mangrove
selain mencegah abrasi tanah pesisir oleh gelombang juga menjadi rumah bagi
berbagai macam fauna pesisir seperti beraneka ragam burung, berbagai jenis kepiting dan ketam, bermacam-macam
serangga serta ikan khas pesisir Surabaya, yaitu ikan glodog.
Hutan Mangrove Wonorejo dan sekitarnya kini menjadi kawasan
konservasi dimana berbagai macam fauna pesisir dilepas liarkan. Alhamdulillah sejauh ini peran serta
masyarakat Surabaya termasuk institusi pendidikan, korporasi maupun LSM dalam
menjaga keberlangsungan Hutan Mangrove sangat menggembirakan. Ini bisa dilihat
dengan semakin meluasnya lokasi penanaman mangrove, perkembangan pembangunan sarana dan prasarana
di wilayah itu serta geliat perekonomian karena daerah itu kini menjadi idola
wisata baru.
SD Luqman Al Hakim yang berada di bawah naungan Pondok
Pesantren Hidayatullah yang terkenal dengan komitmennya menjaga kelestarian
lingkungan tentu saja tidak mau ketinggalan berpartisipasi. Tapi alih-alih menanam pohon mangrove di
dalam lingkungan hutan mangrove yang sudah tertata, tim SD Luqman Al Hakim
memilih melakukan penanaman di tempat yang lebih membutuhkan, dengan bergeser
sedikit ke arah selatan, di wilayah Rumah Mangrove Surabaya.
Dan tak disangka, anak-anak kota yang identik dengan
perilaku manja, tak tahan kena panas matahari dan takut bersentuhan dengan
tanah itu ternyata sangat menikmati menanam pohon. Mereka tidak canggung berkotor-kotor ria memasukkan
pohon ke lubang galian, menimbunnya dengan tanah menggunakan tangan secara
langsung dan berpindah ke lubang galian
berikutnya. Tak heran jika acara
berlangsung jauh lebih cepat dari waktu yang diperkirakan, karena anak-anak
sangat bersemangat untuk berpartisipasi.
Bisa jadi bermain di sekitar tambak adalah hal yang baru
bagi mereka. Dan seperti halnya anak-anak seusianya, tempat baru tak akan luput
dari eksplorasi. Mereka penuh semangat mengamati aneka ragam hewan yang tinggal
di sekitar tambak, ikut mencoba mencari cacing untuk memancing, serta mencoba
mencicipi buah bidara yang belum pernah mereka makan sebelumnya.
Antusiasme dan semangat mereka didukung oleh para Ustad dan
Ustadzah pendamping dengan memberi mereka kebebasan bereksplorasi secara
aman. Anak-anak diperbolehkan ikut
memancing di pinggir tambak, dibantu
memetik buah bidara dan diajari memilih buah yang sudah matang serta diberi
penjelasan tentang berbagai macam tumbuhan dan hewan yang mendiami daerah
tersebut. Ini adalah cara belajar yang
jauh lebih efektif dibanding menghafalkan buku, karena cara praktek seperti ini
lebih menancap dalam ingatan.
Semoga di masa yang akan datang anak-anak ini bisa ikut
aktif melakukan penghijauan dimanapun mereka berada, sebagai bagian dari
kewajiban ummat Islam untuk memakmurkan bumi.
Menanam pohon adalah pekerjaan yang terkesan sepele. Tapi dengan menanam
pohon, kita tak hanya mendapatkan manfaat nya secara pribadi. Menanam pohon
juga memberi manfaan bagi kesejahteraan binatang yang tinggal di sekitarnya, yang pada akhirnya
akan membawa kesejahteraan bagi umat manusia secara keseluruhan.
Seperti yang diungkapkan Rasulullah SAW dalam salah satu
hadistnya:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ
غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا
أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً
وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ
صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ
مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ
وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ
وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ
لَهُ صَدَقَةٌ
“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya” . [HR. Muslim]
“Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya” . [HR. Muslim]
Kapan lagi saat yang tepat mengajarkan mereka beribadah dengan
cara gemar menanam pohon, kalau tidak kita lakukan sedini mungkin?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar