Pernah mengalami percakapan seperti ini? Ini saya screenshoot dari salah satu jawaban tentang hubungan antara memakai jilbab dan menjaga kehormatan. Dan ini tentu saja pada akhirnya akan merujuk pada kasus pelecehan seksual yang sering terjadi di sekitar kita. Banyak yang berfikir bahwa dengan berhijab orang serta merta akan berperilaku hormat pada kita, dan pada akhirnya kita bebas dari segala tindakan kriminal. Tapi tentu saja kenyataannya akan jauh dari itu.
Screen shoot itu saya ambil dari jawaban saya di quora, dan ini hanyalah salah satu dari begitu banyak respon tentang jawaban saya. Bisa jadi dia seorang feminis yang sering menghadapi masalah pelecehan seksual dalam kesehariannya, atau sering mendapat curhat dari siapapun tentang perlakuan orang lain terhadap mereka, atau bahkan dia pribadi pernah mengalaminya.
Yang lebih memprihatinkan lagi, di berbagai negara, perilaku pelecehan seksual tidak pandang bulu, baik perempuan yang diganggunya itu berdandan sopan maupun seronok. Ada yang berbikini di pantai dan diganggu oleh sekelompok pemuda, ada pula gadis berhijab diganggu oleh kelompok pemuda yang berbeda. Salahnya dimana?
Beberapa mengatakan karena banyak laki-laki dididik oleh kulturnya untuk melihat sebagai benda, kurang lebih sebagai pemuas mata. Ketika melihat perempuan berdandan minim mereka bahagia, dan ketika melihat perempuan berdandan sopan, mereka berusaha menghina. Mereka lupa bahwa sebelum Allah memerintahkan wanita untuk menurut aurat, terlebih dulu Dia memerintahkan laki-laki untuk menjaga mata.
“Katakanlah kepada laki–laki yang beriman, agar mereka menjaga
pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci
bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” QS An Nur 30.
Barulah setelah itu ada perintah menutup seluruh badan bagi wanita:
“Dan Katakanlah kepada para perempuan beriman, agar mereka menjaga
pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya) kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan
perhiasannya (auratnya) kecuali kepada suami mereka, atau ayah, atau
ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra–putra suami
mereka, atau saudara laki–laki mereka, putra-putra saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan
(sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para
pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
perempuan), atau anak–anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan.
Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai
orang–orang beriman, agar kamu beruntung.” QS An Nur 31
Bagaimana merubah perilaku yang sudah membudaya di seluruh dunia seperti itu? Kita memang tak bisa serta merta merubah dunia. Tak mungkinlah kita memaki mereka begitu saja tiap kali melihat perlakuan kasar di depan kita.
Cara paling cepat merubah kebiasaan buruk sekelompok orang adalah melalui pendidikan. Pendidikan formal, juga pendidikan keluarga. Kalau anak terbiasa melihat ayahnya memaki ibunya, memerintah sana-sini seolah-olah dia diciptakan sebagai pembantu, maka si anak akan menganggap bahwa memandang rendah wanita adalah hal yang wajar-wajar saja.
Ketika orang tua membiarkan anak laki-laki berlaku kasar pada saudara perempuannya, maka selamanya dia akan menganggap bawa perempuan hanyalah benda. Begitu juga ketika orang tua malah tertawa-tawa ketika balitanya memelorotkan celana di depan teman-teman perempuannya, maka dia kan menganggap bahwa melecehkan wanita itu sah-sah saja.
Menghindari kekerasan seksual harus dari dua sisi memang. Prioritas pertama adalah mendidik para laki-laki menundukkan mata, sehingga tak ada lagi yang menyalahkan korban dengan berkata, "Lha bajunya gitu!" "Salah dia flirting!" Atau mungkin yang lebih memnyakitkan hati, "Ah, wong aslinya menikmati aja. Mbok ga usah munafik!" Orang yang menundukkan pandangan tidak akan berdalih seperti itu.
Selain itu tentu saja menerapkan hukuman yang berat atas kasus-kasus kekerasan pada wanita. Tak ada lagi hukuman beberapa bulan atas kasus perkosaan karena hakim menganggap sesungguhnya wanita menikmatinya.
Para wanita juga harus bersikap berani untuk mengintimidasi, menolak dilecehkan bahkan malawan segala bentuk perlakuan yang tidak menyenangkan. Kenapa? Karena mereka sebenarnya tahu perbuatan itu memalukan. Dan ketika calon korban melawan, apalagi ketika perlawanan dilakukan di tempat umum, maka dialah yang akhirnya dipermalukan. Para pengecut seperti ini akan langsung mengkeret menghadapi keberanian perempuan.
Dan tentu saja, bagaimanapun, diakui maupun tidak, langkah pencegahan paling utama adalah berdandan dan bersikap sopan. Ini mengingatkan saya akan salah satu dialog film John Travolta yang saya sudah lupa judulnya ketika menasehati anak gadisnya yang baru saja hampir diperkosa pacarnya, "Kalau kau tidak ingin mengundang setan, jangan berdandan seperti hantu."
Kamis, 22 September 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Terimakasih komennya, dan terimakasih sudah mampir
BalasHapusJarang sekali orang tua yang mendidik anak lelakinya supaya menghargai wanita. Kebanyakan orang tua lebih suka mendidik anak lelakinya agar tidak cengeng, tangguh dan menjadi pemimpin dalam keluarga. Sehingga laki-laki lebih sedikit mati rasa kepada wanita.
BalasHapusSudah saatnya kita mendidik anak lelaki tentang bagaimana cara memperlakukan wanita.
Saya mengalami beberapa perlakuan nggak menyenangkan soal itu, banyak orang kirim konten jorok di WAG dan ketika keluar katanya kitanya nggak bisa toleran dengan guyonan orang lain.
BalasHapus