Lelah,
mungkin begitulah yang dirasakan adikku setelah selama lebih 10 tahun
mengabdi pada tempat dia bekerja selama ini. Ingin mengistirahatkan
mata, otak dan fisik barang sejenak, setelah sekian tahun bahkan tidur
di hari minggupun tak bisa nyenyak ia rasakan. Kini waktunya mengganti
kasih sayang yang hilang terhadap anak semata wayang.
Dulu
saat si kecil dia butuh perhatian penuh tak bisa ia berikan. Pekerjaan
menanti, harus terbang ke luar pulau beberapa minggu sekali. Sekarang
dia ingin mengantar jemput anaknya ke sekolah tiap hari. Mengajarinya
mengerjakan PR sendiri. Memasakkan anak dan suami sarapan pagi, meski
selama ini hanya makanan warung yang menanti. Tapi masih begitu banyak
kegalauan menanti.
Pemasukan selama ini, dengan cara
apakah dia bisa mengganti? Ada tagihan kredit yang masih harus dibayar,
SPP anak setiap bulan, belum lagi buku, modul dan segala macam tetek
bengek keperluan sekolah selama ini. Dia memang bukan single mother
memang, tapi kehilangan separuh sumber pemasukan adalah jumlah yang
sangat besar.
Adikku
akhirnya memutuskan untuk menekuni hobby lama, menjahit. Seingatku
kemampuan itu sudah dimilikinya sejak SMP, meski waktu itu baru terbatas
pada kemampuan menjahit rok seragam pramuka dan celana pendek. Dari
ambil kursus selama beberapa bulan, membawa
mesin jahit jadul ibu kami yang sudah jarang terpakai, dan modal nekat
ngiklan online meski kursus belum selesai, si Adik pelan-pelan mulai
menapak lagi. Kini
penghasilannya hampir menyamai gaji yang dulu, dengan pekerjaan yang
jauh lebih santai, anak yang lebih terawasi, dan biaya hidup yang jauh
lebih murah karena sekarang tinggal di desa.
Setelah beberapa tahun berlalu, setiap kali kutanya apakah menyesal dengan keputusannya, dia bilang justru keputusan itulah yang disyukurinya. Hidupnya sekarang jauh lebih ayem katanya. Saya nggak tahu perbedaan signifikan antara ayem dan bahagia sebenarnya, mungkin sekedar merasa bahwa dia berada di jalur yang benar.
Ayem identik dengan bisa tidur nyenyak seperti bayi kucing di dekat induknya, atau perasaan para petani ketika padi berlimpah karena habis panen, atau (mungkin) yang dirasakan para karyawan ketika habis gajian. Kurang lebih seperti itulah rasanya.
Bagaimana dengan anda?
Kamis, 15 September 2016
Ketika Ibu Memutuskan Resign
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar