Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 17 Januari 2018

Jalan Terjal Dan Berliku Eying Meraih Medali Perak di Pentas ASMOPS 2017



“Selamat, Eying lolos ke Thailand.” Begitu bunyi pesan Grup WA Anak-anak berbakat matematika SD Luqman Al Hakim Surabaya. Pesan Ustad Imam Syafii, pembina matematika anak kedua kami itu langsung menghebohkan grup. Ucapan selamat dan ungkapan kebahagiaan para orang tua murid membanjiri grup ini. Sementara kami berdua hanya bisa duduk diam, tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Tentu saja kami bahagia demi dia. Menjadi salah satu di antara 6 orang wakil Indonesia bidang IPA tentu sangat membanggakan.  Dan dia menjadi satu-satunya muslimah diantara 20 peserta wakil Indonesia yang akan berlaga di Pattaya, Thailand.  Membanggakan sekaligus membuat galau, membayangkan kesulitan yang kini membentang di depan mata dan menuntut segera diselesaikan.

Kesulitan pertama tentu saja soal pasport. Karena Eying belum pernah pergi keluar negeri. Sementara panitia mensyaratkan foto pasport harus sudah dikirim dalam 2 hari, berikut final registration fee.  Sekilas saja hal itu sudah nyaris mustahil, karena pengurusan pasport paling cepat butuh waktu 7 hari.  Horornya lagi antrian kantor imigrasi penuh hingga 2 bulan ke depan.  Tanpa pasport bisa dipastikan dia gagal berangkat. Dan kami tak bisa membayangkan raut kecewa wajah putri kami seandainya itu terjadi.

Soal pasrport bisa dibilang hanyalah kerikil kecil penghalang langkah anak kami.  Jujur saja secara matematis kecil kemungkinan kami bisa memberangkatkan Eying.  Pertama kami tak punya cukup uang untuk transport  Jakarta – Surabaya PP sebanyak dua kali. Dan Suami juga tidak mungkin meninggalkan kelas sesering dan selama itu. Untunglah Kepala Sekolah, Ustad Adi Purwanto berhasil meyakinkan kami, bahwa apapun yang terjadi semua akan berusaha memberangkatkan Eying ke Thailand.

Tahukah anda bagaimana rasanya menghadapi segala kepanikan itu?  Dalam kondisi tertekan seperti itulah kita jadi bisa merasa betapa  berbahagianya menjadi umat Islam, hanya karena mereka memiliki Tuhan. Karena dengan segala kesulitan dan kemustahilan itu, hanya Dialah satu-satunya tempat anda meminta pertolongan.  Rasanya seperti tergantung-gantung di gedung berlantai 10 dengan hanya berbekal seutas tali karamantel tanpa pengaman.  Anda harus berpegang sangat erat pada tali itu, karena nyawa anda sangat tergantung padanya.  Dan dalam kasus ini, tali karamantel itu adalah doa yang tak ada putusnya.

Dan ketika kita sepenuhnya pasrah pada Allah, pertolongan akan datang dari tempat yang sama sekali tak anda duga. Karena mustahil mendapatkan tiket antrian pasport secara online, kami mencoba mencari jalan lain. Dan berdasarkan survey, dibantu oleh banyak teman yang berusaha menghubungi agen travel masing-masing, didapatkan informasi bahwa  kami harus membayar sekitar 1.5 jt hingga 2 jt jika ingin mendapatkan paspor secepatnya. Padahal paspor biasa seharga 355 ribu saja. 

Dan kejaiban Allah datang melalui Mbak Rully, Ibu dari Aldyto yang saat ini menjadi salah satu top student di sekolah.Tiba-tiba beliau mengontak sambil memberikan no HP salah seorang petugas imigrasi. Rupanya seharian itu beliau berusaha mengontak teman-temannya untuk mendapatkan ‘jalur cepat’ pengurusan pasport. Melalui beliau inilah Eying berhasil mendapatkan paspor dalam waktu singkat dan harga yang “hampir’ mendekati normal. Alhamdulillah, Allah memudahkan urusan kami.

Langkah berikutnya tentu saja mencari dana. Memang transportasi, akomodasi, konsumsi dan lain-lain selama pembinaan dan lomba di Thailand ditanggung Surya Institut tetapi transportasi Surabaya – Jakarta, hotel  dan juga final registration fee menjadi tanggung jawab peserta. Dan itu tidak sedikit tentu saja. Pengajuan proposal pun dikirim ke berbagai lembaga.  Dan rupanya Allah kembali memberkahi usaha keras kami dengan mendapatkan banyak pertolongan.

 Bersama Timothy ketika menjadi juara 3 OSN kota Surabaya tahun lalu. Ternyata mereka berdua bersama-sama mewakili Indonesia di ajang ASMOPS ini.


Kota Surabaya berhasil mengirimkan 3 delegasinya di ajang kompetisi bergengsi ini.  Mereka berasal dari SD Luqman Al Hakim Surabaya, SDK Petra 7 dan SMPK Petra 3. Kebetulan Timothy, siswa SDK Petra 7 adalah teman pembinaan Eying sewaktu OSN tingkat kota dulu dan sama-sama mendapatkan juara 3.  Pertemanan mereka masih berlanjut karena Timothy ikut pembinaan di Rumah Bobo. Dari OSN inilah saya mengenal mamanya, Bu Fefe Jamin.

Ketika dikontak, beliau dengan senang hati bersedia kami titipi Eying. Maka kami pun “pasrah bongkokan’ mulai dari tiket pesawat, hotel, dan segala tetek bengek lainnya dan saya janjikan segala biaya akan ditransfer.  Biaya yang hingga saat ini belum juga disebutkan nominalnya oleh beliau. “Nggak usah dipikirkan, Bu Ida. Yang penting Eying bisa berangkat.” Bahkan ketika bertemu di bandara pun kalimat itu diulang lagi, “Nggak usah dipikirkan. Kami ikhlas membantu Eying.” Betapa Allah mengirimkan pertolongan melalui tangan-tangan yang tidak kita duga. Allahu Akbar!

 Foto bersama menjelang individual round - kompetisi secara individu sesuai mapel masing-masing

Kini kami tinggal memikirkan hal-hal lebih ringan seperti kostum. Inipun langsung terpecahkan karena Ibu Asuhnya, Bu Era  langsung mengirimkan koleksi kebaya beliau. Tak  lupa tante-tantenya ikut menyumbang kostum dan asesoris.  Sepertinya Allah tak henti-hentinya memudahkan jalan kami, karena setelah itu banyak pesan berdatangan dari para wali murid, bertanya butuh bantuan apa saja. Masya Allah,  kami sekeluarga sedang dididik memahami nikmatnya ukhuwah.

Hari dia berangkat ke Jakarta adalah hari terberat bagi saya sebagai ibunya.  Menyaksikan kepergian Si Sulung yang sepertinya baru kemarin secara cadel menyanyikan lagu-lagu Barney and Friend atau mengacak-acak isi lemari  rasanya seperti menghadapi hukuman gantung. Ya Allah, dia harus berangkat sendiri ke luar negeri! Betapa kami harus menguatkan hati melihatnya pergi.

Komunikasi dengan Eying via WA terputus total begitu dia sampai di Pattaya. Satu-satunya jalur melalui pendampingnya, Bu Fefe. Alhamdulillah beliau rajin mengupdate kegiatan para peserta. Mulai dari sesi lomba, latihan cultural show, saat cultural show, city tour hingga closing ceremony. Sedikit lega mengetahui bahwa dia baik-baik saja, tampak gembira malah. Lega bahwa panitia memperlakukan semua peserta dengan sangat baik. Lega bahwa para peserta dari seluruh Indonesia dengan berbagai latar belakang itu bisa membaur dengan baik, saling mendukung dan saling menjaga.

Lega, karena ternyata panitia memilih hotel dengan fasilitas “halal food” sebagai tempat penyelenggaraan lomba. Sebelumnya dia sudah mendapat berbagai macam “perintah” mengenai pemilihan menu.

“Kalau bisa pilih menu non daging aja, karenameskipun non babi, kita nggak tahu menyembelihnya gimana.” “Pastikan kalau beli makanan ada logo halal, kalau bisa yang resmi dari negara setempat. Kalau nggak ada cari yang ada logo koshernya – halal versi Yahudi” Sehingga ketika dia pulang kami mendapati kripik durian montong, kripik nangka dan lain-lain lengkap dengan label halal dan kosher sekaligus.

Entah kenapa tahun ini peserta muslim sepertinya jauh lebih sedikit dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dan Si Eying dengan senyum sok anggun penuh PD mengatakan dia satu-satunya peserta berjilbab disana. “Lho, emang Malaysia nggak ada ceweknya?” tanya Abinya. “Ya ada, tapi peserta dari sana Tionghoa semua.” Oh….gitu ya?

Dan pada malam penutupan Bu Fefe kembali membawa berita gembira. “Selamat, Bu. Eying dapat perak.”  

Alhamdulillah…..

 Medali perak di tangan......

Dibalik segala tantangan di awal ternyata tersembunyi segala berkah. Erin Laily Fathima Rahmanto, namanya terpampang sebagai salah satu penerima Silver Medals dalam pentas internasional bergengsi  bernama ASMOPS. Dimana seleksi dilakukan secara sangat ketat, hanya siswa-siswi terbaik di sekolah-sekolah Se Indonesia yang bisa ikut babak penyisihannya. Dimana dia harus bersaing dengan para peserta dari sekolah-sekolah internasional yang sudah sangat advance bahasa Inggrisnya, sementara dia hanya belajar secara outodidak dengan menterjemahkan buku-buku pelajaran sainsnya. Atau sekedar membaca koleksi komik berbahasa Inggris  di laptop abinya.

Tapi tak ada yang tak mungkin bagi Allah Yang Maha Perkasa. Sepanjang umatnya mau berusaha sekeras yang ia bisa, tak pernah putus berdoa dan percaya penuh bahwa Dialah yang akan mengabulkan segala doa.

لْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
Segala puji bagi Allah, dimana dengan nikmatNya kebaikan menjadi sempurna.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About